Pada saat suatu sore, angin berhembus dengan sejuknya, burung-burung berkicau-kicau merdu diantara daun-daun pohon.... (halah), mereka sedang duduk duduk diwarung yang sebenernya udah agak-agak doyong (nah tuh, kayak judul dangdut), tapi warung inilah yang sering dijadikan tempat berkumpul.
"Eh eh........ Tau ga....", kata Ujang, tapi Uchal langsung menjawab
"Ga....."
"Hihihii", Abon cekikikan kayak kunti
"Yeeee.... Denger dulu dong, jangan maen terobos, kayak angkot aje ah", kata Ujang
"Iya iya aku dengerin..... Emang ada apa?", tanya Uchal
"2 hari yang lalu ada rumah yang kemalingan tau......", kata Juned
"APAAAAA?!! Maca ciih?", Abon so imut
"So imut banget kau bon! Hahaha!", kata Uchal
"Saya kan cewek, jadi memang nyatanya saya itu imut, kalo kalian kan cowok, jadi ga boleh so imut, hahahaha", Abon tertawa
"Terserah, iya aja lah, dari pada bonyok.... Ngomong-ngomong, emang beneran jang ada maling? serius?", kata Uchal
"Serius.... Sekarang disini rawan maling, warganya jarang ada yang mau ronda siih....", kata Ujang
"OMG........ Jangan jangan kemaren sepatuku ilang gara-gara diambil maling itu juga....", kata Uchal
"Pembohongan publik! Mana ada maling yang mau ngambil sepatu kamu yang baunya minta ampun itu....... Hahahaaaaa", Abon tertawa
"Iya, bener kata si Abon, tu sepatu mungkin ga pernah dicuci kali yeee, jadi baunya udah jadi kayak bangke gitu....", kata Ujang
"Kemaren aja kucing dirumahku pingsan n kejang-kejang gara-gara aroma sepatu itu....", kata Abon
"Aduuh..... Jadi maluuu.... Kok jadi ngomongin sepatu, kita tadi ngomongin apa sih?", kata Uchal
"Ngomongin apa ya.....", Ujang mulai ga jelas, Abon pun ikut-ikutan
"Mari kita berpikir...."
(5 menit kemudian)
"AHA!!!" Abon berteriak
"Ssssst! Gaje (Ga Jelas) ah kalian berdua....." kata Uchal
"Eh, gimana kalo ntar malem kita bertiga kumpul di Pos ronda, siapa tau kita bisa mergokin maling, kan sekolah lagi libur, setuju?", kata Ujang
"Boleh boleh, kayaknya asyik tuh, haha", kata Uchal
"Ih, apa ga serem?", tanya Abon
"Ya ga lah bon, kan kita bertiga.....", kata Uchal
"Oh..... Ya udah deh, setuju...", kata Abon
"Jam 9 kita kumpul ya di pos ronda, bawa senter, sarung, poko'nya apapun yang kalian butuhin deh, asal jangan gotong-gotong rumah kalian aja, hahahaha", Ujang tertawa
"Okelah kalo beg beg begitu......", kata Uchal
Tidak lama kemudian Mang Gembul, tukang gorengan di desa ini datang, yang satu ini beda, agak gaul, karena dia berjualan gorengan dengan gerobak penuh hiasan metal dan penuh warna hitam, yaaaaaa..... memang kedengaran agak aneh, tapi itulah kata-kata yang terpikir dalam pikiran saya, si pengarang cerita, kalau pengen lebih lagi.... BAYAR!!!
Back to the story..... (so inggris)
"Eeeh! Ada Mang gembul tuh, beli gorengan yuk", kata Abon
"Ada uangnya ga?", tanya Ujang
"Ga ada...... Hehe", Abon nyengir
"Huuu..... Ga modal, hahaha!", Uchal tertawa
"Mau beli gorengan neng? atau mau ngutang lagi? kemaren aja gope lom dibayar....", kata Mang Gembul
"Yaelah mang, besok saya bayar deh..... Ngutang gope lg ya mang, hehe", Abon agak merayu
"Oke deeeh, tapi besok bayar ya neng....", kata Mang Gembul
"Okelah.... Tenang aja...", kata Abon sambil mengambil gehu yang harganya gope
"Ujang sama Uchal mau beli gorengan juga?", tanya Mang Gembul
"Ga ah mang, Uchal lagi memperbagus suara", kata Uchal
"Ujang juga ga mang, lagi batuk", kata Ujang, padahal saya juga pengarangnya tau, kalo mereka itu ga punya duit, hahahahaha
"Oh, ya udah deh......", kata Mang Gembul sambil berjalan pergi dan tentunya juga sambil mendorong gerobak gorengannya.
"Aduh, gorengan gehu nya enak, hahaha!", kata Abon
"Ah, kamu mah paku digoreng juga kayaknya enak aja bon", kata Uchal.
Mereka pun pulang ke rumah masing-masing untuk bersiap-siap.
Uchal, Abon, dan Ujang adalah tiga orang sahabat yang tinggal di sebuah desa terpencil yang lumayan jauh dari kota, penduduk di desa itu kebanyakan pekerjaannya sebagai petani, termasuk orang tua Ujang dan Abon, tapi beda dengan orang tua Uchal, ayah Uchal bekerja sebagai Dokter yang baru 2 bulan ditugaskan dari Kota untuk menetap di Desa. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak Uchal baru pindah ke desa, dan mereka sama-sama memiliki selera humor yang sangat tinggi, karena itulah mereka sangat dekat dan sering bersama-sama. Umur mereka bertiga sama, 17 tahun.
Jarum jam menunjukan tepat Jam 8.30 malam, Uchal masih asik menonton tv dirumahnya.
"Chal, memang kamu mau kemana?", Ayahnya bertanya
"Aku udah janjian sama Abon dan Uchal, jam 9 mau kumpul di Pos Ronda", jawab Uchal
Ibunya pun datang dari arah dapur dan langsung bertanya
"Emang mau ngapain chal?"
"Ada deeh poko'nya..... Hahahai", kata Uchal
"Ah dasar kmu chal, tapi awas, jangan berbuat yang macem macem ya", Ayahnya mengingatkan
"Oke yaaaah.... Tenang aja, uchal kan anak baik, hehe", kata Uchal sambil nyengir.
Waktu yang ditentukan telah datang, jam sudah menunjukan pukul 9 malam, Uchal, Abon dan Ujang pun bertemu di Pos ronda.
"Eh, sepi bener yee disini, ckckck", kata Uchal
"Setiap malem juga begini kali chal.....", kata Ujang
"Tapi disini gelap banget sih, emangnya ga ada yang pasangin penerangan?", kata Abon sambil memegang senternya
"Ga apa apa bon, justru kalo gelap gini, kita ga akan mudah keliatan sama maling", kata Ujang
"Emang kamu yakin jang malem ini ada maling yang lewat sini??", tanya Abon
"Kita liat aja nanti...... Eh, aku bawa singkong goreng nih, mau mau?", kata Ujang
"Mauuu!", kata Abon dan Uchal berbarengan.
Malam itu mereka bertiga tetap berada di Pos Ronda ditemani sekotak singkong goreng, bahkan hingga tengah malam mereka tetap dipos ronda itu, begadang semalaman... (udah kayak kalong dah tuh), dan tepat pada jam 1 pagi, mereka bertiga mendengar suara aneh, seperti orang sedang berusaha membuka atau mencungkil kunci jendela.
"Ssst..... kalian denger ga?", kata Uchal sambil berbisik
"Hmmm? Apa?", kata Abon yang sudah mengantuk
"Iya iya, suara dari mana tuh?", kata Ujang
"Kayaknya dari rumah pak tarjo deh......", kata Uchal
"Kita kesana aja yuk..... Tapi jangan berisik ya", kata Ujang
Uchal, Ujang, dan Abon berjalan mengendap-ngendap menuju rumah pak Tarjo, juragan kerupuk didesa ini. Uchal berjalan didepan, Ujang ditengah dan Abon dibelakang. Tiba-tiba Uchal berhenti mendadak sehingga Ujang dan Abon saling bertabrakan, mereka langsung bersembunyi.
"Eh, beneran, ada maling....", kata Uchal sambil melihat orang dengan pakaian hitam dan memakai penutup kepala, tapi terlihat lebih mirip kaos kaki yang dimasukin ke kepala.
"Trus gimana nih??", kata Abon
"Abon, kamu mending kerumah Pak RT aja, laporin kalo disini ada maling, biar aku n uchal yang ngurus ni maling, oke oke!", kata Ujang
"Oke....", kata Abon, dia pun langsung berjalan ke rumah Pak RT
"Jang, emang kamu berani?", tanya Uchal
"Sebenernya takut juga siih, tapi ga apa, kita lawan aja", kata Ujang
"Trus sekarang gimana nih??", kata Uchal
"Kita mulai sekarang, ini saatnya kita beraksi....", kata Ujang, rambut dan sarungnya berkibar-kibar terkena angin yang lama-lama makin membesar
"Aduh, aduuh, angin dari mana nih? BERENTI!", tanya Ujang
"Hihihi!", Uchal cekikikan sambil pegang sebuah blower, masalahnya saya pengarangnya juga ga tau ni uchal dapet blower dari mana.
Ujang pun mengambil batu yang ada didekat kakinya, dan langsung melemparkannya ke arah maling, batu itu mengenai punggung si maling yang sedang terus mencoba membuka jendela.
"Eh copot eh copot eh copot! Apaan tuuuuuh!!! POCOOOOOONG!!", si Maling ternyata latah.... OMG!
Uchal dan Ujang hanya cekikikan, mereka melihat lampu rumah Pak Tarjo menyala setelah maling itu mengeluarkan kata-kata latahnya, maling itu mencoba berlari ke arah kanan, tapi tiba-tiba....
GEDUUBRAAAAAK!!
Suara apakah itu?
Hayo pada ga tau kan?
ENG ING ENG!
JEGEEEEEEEEEEEER! (halah)
Tragis, maling itu pingsan karena menabrak Jendela yang dibuka tiba-tiba oleh Pak Tarjo, mungkin karena terburu-buru, kepala Pak Tarjo keluar dari jendela untuk melihat (tapi lebih mirip kepala kura-kura yang keluar dari tempurung :D).
"MALIIIIING!", Pak Tarjo teriak dan langsung berlari keluar rumah
"Haaa! Ya ampuun..... Tragis bener tu maling, ampe kejeduk jendela gitu, padahal aku maunya ada actionnya", kata Ujang
"Iya ya, kurang action, salah pengarangnya tuh..... (lho? :D), tapi..... Huahahahahaha!! Lucu!", Uchal malah tertawa sampai sampai membangunkan semua orang dirumah yang jaraknya tidak terlalu berjauhan.
Tidak lama setelah itu, Abon datang bersama Pak RT dan beberapa Warga.
"Ujang, uchal, kenapa tuh maling? Kok pingsan?", kata Abon
"Tragis bon, tapi lucu, hahaha", kata Uchal
Beberapa warga datang dan membawa maling itu untuk dibawa ke kantor polisi
"Untung kalian melapor, jadi malingnya bisa tertangkap, mungkin yang kemarin mengambil barang-barang pak Paijo juga maling yang sama", kata Pak RT
"Waaaaah..... Ternyata ada maling, tapi ada ya maling latah.... Hahahaaaa", kata Pak Tarjo yang keluar rumah dengan menggunakan sarung
"Itu tadi gara-gara kena batu lemparan saya lho paaaak..... (bangga), tapi saya juga ga nyangka tu maling latah", kata Ujang
"Pak, warga disini kenapa ga suka pada ronda? Kan desa kita jadi rawan maling....", kata Uchal
"Warga disini kurang rajin buat ronda, tapi setelah ini, dijamin, pasti jadi rajin", kata Pak RT
"Beneran kan paaak?", tanya Abon
"Iya iya..... Tenang....", kata Pak RT sambil mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, ternyata..... Uang!
"Nih, buat kalian, masing-masing 20 ribu ya..... Sebagai hadiah karena kalian udah membantu menangkap maling", kata Pak RT
"Aduh paaaak, tau aja kalo saya lagi punya hutang sama Mamang Gembul....", kata Abon
"HUS! Abon, ga sopan!", kata Uchal
"Hehehee.....", Abon nyengir kayak kuda (pada tau ga, kuda nyengir kayak gimana?)
"Makasih ya pak....", kata Ujang
"Iya sama-sama", kata Pak RT
"Huaaaaaaaam! Ngantuk....", kata Abon
"Ya udah yuk, pulang aja, hehe", kata Uchal, rumah Abon dan Uchal memang lumayan dekat, bisa dibilang tetanggaan gitu deeeh.... (Jiaaaah)
"Jang, ga apa ya sendirian pulangnya, awas ntar dijalan ketemu temen-temenmu, Kunti and the geng, hahahahaha", kata Abon
"Jiahahaha! Enak aja! Masa kunti and the geng....", kata Ujang
Uchal, Ujang, Abon, Pak RT dan beberapa warga itu pun akhirnya pulang kerumah masing-masing (masa ke rumah orang).
Mulai saat itu warga didesa ini menjadi rajin ronda setiap malam, pos ronda pun sekarang sudah diberi penerangan dan sering dikunjungi orang-orang, maling latah itu pun tidak pernah kembali lagi, dia ditahan dikantor polisi karena ternyata dia sudah sering menjadi bulan-bulanan warga desa lain, tentunya juga karena ketahuan maling. Abon juga sudah membayar hutangnya seribu kepada Mang Gembul, tapi ada satu keapesan, Ujang, ternyata kata-kata Abon benar, dia bertemu Kunti and the geng dijalan saat dia pulang, sungguh kasian, semoga saja dia tidak trauma berlebih karena kejadian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar